GUC6TSY6BUz0BUWlTUG0Gfz5GA==
Light Dark
HMI Pringsewu Dorong Sinergi Pemuda dan Pemerintah Daerah Menuju Indonesia Emas 2045

HMI Pringsewu Dorong Sinergi Pemuda dan Pemerintah Daerah Menuju Indonesia Emas 2045

Daftar Isi


Garispublik.idSebagai bagian dari komitmennya dalam membangun ruang intelektual yang progresif dan solutif, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pringsewu mengadakan diskusi publik yang mengangkat tema besar: “Aktualisasi Peran Generasi Muda dan Pemerintah Daerah dalam Membangun Indonesia Emas 2045.” Acara ini menjadi momentum penting untuk mempertemukan pemikiran-pemikiran lintas sektor demi menyongsong masa depan bangsa yang lebih cerah.

Bertempat di Aula Kolam Renang Paris, kegiatan ini menghadirkan sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang: pejabat daerah, legislator, akademisi, hingga pelaku usaha muda. Semua hadir dengan satu misi: membahas peran strategis pemuda dalam pembangunan nasional jangka panjang.

Ahmad Jamaludin, Ketua Umum HMI Cabang Pringsewu, membuka kegiatan dengan nada optimis. Ia menyoroti peran vital generasi muda di tengah dinamika global dan peluang bonus demografi.

“Anak muda tidak boleh pasif. Kita adalah pemegang tongkat estafet masa depan. Kalau tidak kita yang bentuk, maka masa depan akan dibentuk oleh mereka yang tidak peduli,” ujarnya.

Menurutnya, era Indonesia Emas 2045 harus disiapkan dari sekarang, dan mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda wajib menjadi motor penggerak, bukan sekadar pengikut arus.

Materi pertama disampaikan oleh M. Malik Purnama, Sekretaris BPC HIPMI Pringsewu, yang mengajak peserta untuk melihat potensi besar dalam sektor ekonomi kreatif dan digital. Ia menantang pola pikir lama yang masih menjadikan kuliah sebagai jalur menuju pekerjaan tetap.

“Jangan kejar gelar untuk jadi pegawai. Bangun usaha, ciptakan solusi, dan jadikan dirimu pemberi kerja,” kata Malik yang menekankan pentingnya mindset kewirausahaan berbasis pemecahan masalah.

Malik juga menggarisbawahi bahwa UMKM dan sektor digital adalah sektor yang tahan banting dan sangat potensial untuk dikembangkan oleh pemuda di era disrupsi.

Akademisi STIT Pringsewu, Dr. Salamun, M.Pd., membahas pentingnya pendidikan karakter dalam menghadapi tantangan masa depan. Ia menegaskan bahwa kecerdasan akademik tidak cukup, melainkan harus dibarengi integritas dan keterampilan hidup yang adaptif.

“Gelar bisa didapat siapa saja, tapi karakter dan kompetensi itu dibentuk dari proses. Soft skill dan hard skill harus jalan beriringan,” tegasnya.

Sementara itu, Irsyad Fatoni, anggota DPRD Pringsewu, mengajak pemuda untuk lebih aktif dalam kancah demokrasi lokal. Menurutnya, perubahan politik tidak bisa hanya ditunggu dari atas, tetapi harus diperjuangkan dari bawah.

“Politik hari ini butuh pemuda-pemudi yang berani bersuara, yang mau hadir di ruang-ruang pengambilan keputusan,” ucap Irsyad.

Ia menyayangkan rendahnya partisipasi politik generasi muda dan mendorong mahasiswa untuk menjadi agen kontrol sosial yang berani, idealis, dan berintegritas.

Diskusi ditutup oleh Kepala Bappeda Pringsewu, Imam Santiko, yang memaparkan strategi pemerintah daerah dalam melibatkan generasi muda dalam pembangunan. Menurutnya, berbagai program telah digulirkan, mulai dari pelatihan, dukungan wirausaha, hingga pelibatan dalam perencanaan pembangunan daerah.

“Kami tidak ingin pemuda hanya jadi objek program. Kami ingin mereka menjadi mitra pembangunan yang aktif dan kritis,” ujar Imam.

Ia mengajak seluruh pihak, termasuk mahasiswa dan organisasi kepemudaan, untuk memperkuat kolaborasi, terutama di sektor-sektor yang menyasar masyarakat pedesaan.

Dengan dimoderatori oleh Yusuf Satria Rahman, diskusi berlangsung penuh semangat. Pertanyaan-pertanyaan tajam dari peserta menunjukkan antusiasme generasi muda dalam menyikapi berbagai isu strategis: dari kendala mahasiswa dalam membangun usaha, akses pendidikan berkualitas, hingga pentingnya pendidikan politik sejak dini.

Dalam sesi tanggapan, para narasumber menekankan pentingnya keberanian, kemandirian, dan kemampuan berpikir kritis. Malik kembali mengingatkan, “Bisnis bukan soal ikut tren. Cari masalah di sekitarmu, dan jadilah solusi.” Sedangkan Irsyad menutup dengan pernyataan lugas, “Kalau bukan kalian yang bersuara, jangan salahkan kalau masa depan dikendalikan orang lain.”

Diskusi ini tidak hanya menjadi ajang bertukar gagasan, tetapi juga menghasilkan konsensus penting: sinergi antara pemuda dan pemerintah daerah adalah kunci menuju Indonesia Emas 2045. Pemuda tidak boleh lagi diposisikan sebagai pelengkap pembangunan, melainkan harus menjadi aktor utama yang terlibat sejak perencanaan hingga implementasi kebijakan.

HMI Pringsewu, lewat forum ini, kembali menegaskan posisinya sebagai ruang kaderisasi yang relevan, kritis, dan solutif. Semangat kolaboratif yang dibangun di forum ini menjadi bukti bahwa masa depan bangsa bisa dan harus dibentuk bersama—dimulai hari ini, oleh generasi muda yang berani mengambil peran.

0Komentar

Special Ads
Special Ads
Special Ads