GUC6TSY6BUz0BUWlTUG0Gfz5GA==
Light Dark
Harga Lada di Kabupaten Lampung Barat Turun, Petani Minta Campur Tangan Pemerintah

Harga Lada di Kabupaten Lampung Barat Turun, Petani Minta Campur Tangan Pemerintah

Daftar Isi


Lampung Barat, garispublik.id – Harga lada di tingkat petani Kabupaten Lampung Barat mengalami penurunan signifikan. Menurut Asep, seorang petani lada di Gedung Surian, harga lada hitam saat ini hanya Rp 80.000 per kilogram, turun dari sebelumnya yang mencapai Rp 90.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga lada putih yang kini berada di angka Rp 110.000 per kilogram, setelah sebelumnya sempat diperdagangkan dengan harga Rp 120.000 per kilogram.

Asep, Petani Lada Gedung Surian, mengungkapkan bahwa penurunan harga ini dipicu oleh meningkatnya produksi lada di wilayah tersebut. Selain itu, persaingan harga antar pengepul juga semakin ketat. Hal ini membuat petani lada di Lampung Barat mengharapkan campur tangan dari pemerintah agar harga lada tetap stabil. “Kami berharap pemerintah daerah bisa turun tangan untuk mengintervensi harga lada, mengingat komoditi lain seperti kopi, kakao, dan beras mengalami tren peningkatan harga yang signifikan. Namun harga lada justru menurun,” kata Asep dengan penuh harap.

Di sisi lain, Yudha Setiawan, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Lampung Barat, memberikan penjelasan terkait kondisi harga lada di tingkat global dan nasional. Berdasarkan data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), harga lada putih di Indonesia pada 5 Desember 2024 tercatat sebesar Rp 123.500 per kilogram. Sementara itu, harga lada hitam bervariasi di berbagai daerah.

Yudha menambahkan bahwa harga lada global juga menunjukkan fluktuasi, di mana harga lada hitam Indonesia turun sebesar 0,64% menjadi USD 4.569 per ton, sementara harga lada putih naik 0,51% menjadi USD 6.069 per ton.

Produksi lada di Kabupaten Lampung Barat sendiri mengalami tren peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2024, hasil produksi lada tercatat mencapai 2.698 ton, meningkat dibandingkan dengan tahun 2022 yang hanya menghasilkan 1.094 ton. Namun, lahan yang ditanami lada juga menunjukkan data yang cukup variatif. Tercatat, pada 2024 terdapat 7.488 hektar lahan lada, dengan 1.085 hektar di antaranya masih belum menghasilkan (TBM), 4.888 hektar merupakan Tanaman Menghasilkan (TM), dan 1.514 hektar lainnya merupakan Tanaman yang Rusak (TR).

Menurut Yudha, salah satu faktor yang mempengaruhi turunnya harga lada adalah hasil produksi yang melimpah, di mana pengepul menjadi lebih selektif dalam memilih lada berkualitas baik. Selain itu, masih ada tantangan berupa banyaknya lahan lada yang rusak, yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan petani untuk mengoptimalkan produksi lada di Kabupaten Lampung Barat.

"Masih ada pekerjaan besar untuk memperbaiki kualitas lahan dan meningkatkan hasil produksi lada, agar harga lada dapat lebih stabil dan menguntungkan petani," jelas Yudha.

Dengan kondisi ini, petani berharap ada langkah konkret dari pemerintah untuk mengatasi fluktuasi harga dan mendukung sektor perkebunan lada yang menjadi salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Lampung Barat. (RS)

0Komentar

Special Ads
Special Ads
Special Ads